Banjarbaru, matarakyat.co.id – Angin siang yang panas seolah ikut menyaksikan momen memilukan saat bayang-bayang kematian Juwita (25), jurnalis muda Newsway.co.id, dipertontonkan kembali dalam 33 adegan rekonstruksi yang mengguncang nurani. Sabtu (5/4/2025), Jalan Trans Gunung Kupang berubah menjadi panggung kelam, tempat tragedi berdarah itu direka ulang.
Pelaku, Jumran, dengan ekspresi dingin, memperagakan kembali setiap langkah sadis yang dia ambil.
Di balik kaca mobil yang kini menjadi saksi bisu, Juwita dipiting dari belakang. Lehernya dicekik tanpa ampun.
Kuasa hukum keluarga korban, Dedi Sugianto, menyebut rangkaian adegan tersebut sebagai bukti kuat pembunuhan yang tidak hanya keji, tapi terencana matang.
“Kita melihat sendiri bagaimana pelaku dengan tenang memindahkan korban, mencekik, lalu membuangnya. Ia bahkan mencoba menghapus jejak, mencuci sepeda motor, dan membuang handphone korban,” ujar Dedi.
Namun yang paling mengguncang adalah dugaan bahwa sebelum tewas, Juwita sempat menjadi korban pemaksaan seksual. Fakta itu, menurut Dedi, diperkuat oleh hasil forensik.
“Ini bukan sekadar pembunuhan. Ini penghilangan nyawa yang diselimuti kekejaman berganda,” lanjutnya.
Meski Jumran hingga kini beraksi sendiri dalam rekonstruksi, keluarga korban menuntut penyelidikan lebih mendalam. Mereka curiga ada tangan-tangan lain yang turut bermain dalam tragedi ini.
“Kami menuntut kebenaran penuh. Jangan ada yang disembunyikan. Gunakan seluruh teknologi forensik modern. Biarkan keadilan bicara,” tegas Dedi.
Penulis : WA
Editor : MR