Banjarbaru, matarakyat.co.id – Di balik gemerlap sore Kota Banjarbaru, sebuah operasi senyap digelar. Kamis (3/7/2025) pukul 13.00 WITA, tiga tim patroli Satpol PP bergerak ke titik-titik yang sebelumnya terpantau mencurigakan.
Target mereka bukan kriminal bersenjata atau bandar narkoba, melainkan penyakit masyarakat yang kian lihai menyaru: prostitusi daring.
Dengan sandi “Deteksi Dini dan Cegah Dini”, operasi ini menyasar lokasi-lokasi yang selama ini terendus menjadi tempat transaksi terselubung: kawasan Guntung Paring, Komplek Lambung Mangkurat Regency, dan Bundaran Palm Jalan Trikora.
Hasilnya mengejutkan, meski bukan kali pertama.
Tiga wanita muda, berinisial S (35), M (32), dan SS (27), berhasil diamankan.
Mereka bukan sembarang wanita, mereka diduga kuat menjadi pekerja seks komersial (PSK) digital yang menjajakan jasa lewat aplikasi MiChat, aplikasi percakapan yang kerap disalahgunakan untuk praktik esek-esek terselubung.
“Modus mereka sangat terbuka. Tarif jasa berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp600 ribu per sekali transaksi, semuanya ditawarkan lewat percakapan online,” ungkap Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian Satpol PP Banjarbaru, Yanto Hidayat, kepada awak media.
Tak hanya mengamankan para wanita itu, petugas juga menyita barang bukti yang memperkuat dugaan: ponsel dengan jejak percakapan di aplikasi, alat kontrasepsi, hingga tisu yang tercecer, bukti sunyi dari transaksi yang berlangsung diam-diam di balik layar ponsel.
Ketiga wanita tersebut kini menjalani pembinaan awal di Rumah Singgah milik Dinas Sosial Banjarbaru.
Dalam waktu dekat, mereka akan dipanggil ke Mako Satpol PP untuk pemeriksaan lebih lanjut, termasuk pendataan serta kemungkinan rehabilitasi sosial.
Bagi Satpol PP, operasi ini bukan sekadar penindakan. Ini adalah bagian dari perang senyap melawan degradasi moral yang kini merambah dunia digital.
“Banjarbaru bukan tempat bagi praktik-praktik seperti ini. Kami akan terus melakukan patroli rutin, karena menjaga ketertiban dan nilai-nilai sosial adalah kewajiban,” tegas Yanto.
Dalam era di mana moral bisa tergelincir lewat layar kecil di genggaman tangan, Kota Banjarbaru bertekad tak tinggal diam.
Jerat sunyi di balik aplikasi harus terus diungkap, sebelum semakin banyak yang terperangkap dalam dunia yang tampak tanpa dosa, namun menyimpan luka.