Martapura, matarakyat.co.id – Dua balita dilaporkan meninggal dunia akibat muntaber di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha Martapura.
Kasus ini mendapat perhatian dari anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Banjar, Ahmad Fauzan, yang mempertanyakan kesigapan pihak terkait dalam menangani kasus tersebut.
“Ya, mungkin saja masyarakat kurang memahami gejala penyakit ini. Mereka mengira hanya muntah biasa, padahal ternyata muntaber,” ujarnya, Sabtu (1/3/2025).
Fauzan menambahkan bahwa keterlambatan dalam penanganan menyebabkan dehidrasi parah, yang akhirnya berujung pada kematian. Hal ini terjadi di ibu kota Kabupaten Banjar, Martapura, yang notabene merupakan daerah perkotaan dengan akses kesehatan yang seharusnya lebih baik.
“Berdasarkan data dari RSUD Ratu Zalecha Martapura, pada Januari 2025 tercatat 49 kasus muntaber, dengan 9 pasien menjalani rawat jalan dan 1 orang meninggal dunia,” ungkapnya.
Sementara pada Februari 2025, lanjutnya, jumlah kasus mencapai 31 pasien rawat inap, 7 orang mendapatkan perawatan intensif, dan 2 pasien meninggal dunia.
“Melihat situasi ini, harus ada solusi yang konkret bagi masyarakat. Jika memang terkendala anggaran, sampaikan saja. Kami di DPRD siap mendukung,” tegasnya.
Fauzan juga menyoroti kinerja Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar, yang menurutnya belum maksimal.
Ia menilai keterbatasan sumber daya manusia (SDM) tidak boleh dijadikan alasan utama, mengingat solusi bisa ditemukan tanpa harus menambah tenaga honorer.
“Jangan dulu bicara efisiensi, karena ini menyangkut kepentingan masyarakat,” tambahnya.
Sebagai tindak lanjut, Komisi IV DPRD Kabupaten Banjar berencana memanggil Dinkes dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) untuk mencari solusi dan mengidentifikasi kendala utama yang dihadapi.
“Kami ingin tahu, apa sebenarnya permasalahannya? Jika masalahnya dana, kita akan bahas dengan legislatif. Begitu juga jika persoalannya ada pada SDM,” pungkasnya.